PARTAI MASYUMI DIBUBARKAN OLEH PRESIDEN SOEKARNO | DAN MENDAPAT JULUKAN SI KEPALA BATU
MASYUMI MENOLAK NASIONALIS AGAMA KOMUNIS (NASAKOM)
DAN BERAKHIR TRAGIS DENGAN DIBUBARKAN
OLEH PRESIDEN SOEKARNO
Sistem
kepartaian Indonesia yang didukung oleh demokrasi liberal mendapat
ruang geraknya setelah dicetuskannya maklumat pemerintang yang
dinandatangani oleh wakil presiden Indonesia yang pertama Muhammad Hatta
pada tanggal 3 november 1945. Maklumat ini berupa pembahasan mengenai
pembentukan partai-partai di Indonesia. Melalui maklumat itulah lahirlah
berbagai partai-partai politik yang mewakili berbagai idiologi politik
yang tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Maklumat
tersebut juga disambut baik oleh umat Islam Indonesia. Bagi umat Islam,
maklumat tersebut adalah peluang umat Islam untuk mendirikan partai
politik Islam. kemudian dibentuklah partai masyumi yang direncanakan
sebagai partai islam satu-satunya di Indonesia berdasarkan hasil kongres
7-8 November 1945 di Yogyakarta.
Partai
Politik Islam Indonesia Masyumi, didirikan pada tanggal 7 november
bertepatan pada 1 dzulhijjah 1346 H. Inisiatif pembentukan masyumi
berasal dari sejumlah tokoh partai politik dan gerakan sosial keagamaan
islam sejak zaman pergerakan. Para
tokoh tersebut adalah: Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul
Wachid Hasyim, Mohammad Natsir, mohammad Roem, Prawoto Mangkusasmito,
Dr. Sukiman Wirjosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohammad Mawardi, dan
Dr. Abu Hanifah.
Partai
politik seperti dari PSII, PII, dan Penjadar. Sedangkan organisasi
sosial keagamaan berasal dari NU, Muhammadiyah, PERSIS(1948),
al-Irsyad(1950), PUI (1952), PUSA(persatuan ulama Seluruh Aceh ), 1950,
partai SERMI (Banjarmasin), partai USUMI (Samarinda), AL-Jamiyatul
Washliyah (Medan), Nurul Islam (Tanjungg Pandan), dan Permi (Pontianak)
masuk menjadi anggota Masyumi
Keterwakilan
tokoh-tokoh berbagai organisasi islam dalam Masyumi mencerminkan sifat
pluralisme sebagai partai tunggal islam yang menghimpun semua potensi
kekuatan politik. Perbedaan pandangan ini di anggap sebagai rahmat
Tuhan, karena perbedaan itu tidak bersifat fundamental, tetapi hanya
berhubungan dengan masalah furu’iyah (perkara-perkarakecil).
Tidaklah mengherankan apabila pada akhirnya tokoh-tokoh tersebut
mengambil inisiatif dalam pembentukan Masyumi guna menyatukan
golongan-golongan islam ke dalam satu partai politik yang kuat.
Kebijakan Politik Masyumi
Tujuan
masyumi sebagaimana yang telah dibahas pada Kongres Umat Islam adalah
“Menegakkan kedaulatan Republik Indonesia dan Agama Islam”, dengan
senantiasa “Melaksanakan cita-cita islam dalam urusan kenegaraan.
Pencapaian tujuan itu kemudian diterjemahkan oleh Masyumi dengan
merumuskan program kerja sebagaimana terbaca pada paparan berikut:
Prorogram kerja dalam negeri:
1. Memperkuat persiapan umat islam untuk berjihad fi sabilillah.
2. Memperkuat barisan pertahanan Negara Indonesia dengan berbagai usaha yang diwajibkan oleh islam
3. Menyesuaikan
susunan dan sifat Masyumi sebagai pusat persatuan umat islam Indonesia.
Sehingga dapat menggerakkan dan memimpin perjuangan umat islam
Indonesia seluruhnya.
4. Menghormati dan menghargai jasa para pahlawan dalam perjuangan menegakan kedautan Negara.
b. Program Luar Negeri
Dari
keputusan Muktamar pertama Masyumi di solo pada 1946, kembalinya
imprealisme belanda menjajah indonesia telah memaksa umat islam berjuang
dalam cara sabilillah dengan meninggikan kalimah Allah yang sedang
direndah-rendahkan dalam pergaulan waktu (revolusi) ini. Dl bawah
pimpinan Masyumi niat dan tekan masyarakat telah bulat untuk tetap
memilih negara yang merdeka 100% dan oleh karenanya tidak akan menerima
putusan dari siapapun juga yang tak dapat mencangkupi tujuan Masyumi.
Usaha masyumi untuk mewujudkan tekad tersebut, dilalui dengan tiga cara
yaitu:
1. Dengan peperangan kemerdekaan.
2. Masyumi
ikut dalam proses penyusunan pemerintah, yang dimana anggota Masyumi
terlibat dalam kabinet, parlemen, dan jabatan-jabatan administrasi
pemerintahan.
3. Perjuanagn diplomasi di meja perundingan hingga dicapai pengakuan kedaulatan indonesia oleh Belanda pada 7 Desember 1949.
c. Sepak Terjang dan Dinamika Masyumi
Pada masa awal perkembangannya, masyumi mendapat dukungan yang luar
biasa dari para ulama, modernis dan tradisionalis, disamping juga
mendapat dukungan dari para pemimpin non ulama Jawa-Madura.selain itu
pemimpin-pemimpin ummat dari luar Jawa juga berdiri tegak dibelakang
partai baru ini.
Masyumi secara organisasi adalah sebuah badan federasi, yang terdiri
atas anggota biasa (perorangan) dan anggota luar biasa (kolektif),
seperti NU dan Muhammadiyah.[5]Dari
sifatnyanya yang federatif tersebut, partai ini berhasil menarik
organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok muslim untuk menyertainya.
Sehingga pada pemilu 1955, Masyumi menjadi partai Islam terkuat, dengan
menguasai 20,9 persen suara dan menang di 10 dari 15 daerah pemilihan,
termasuk Jakarta Raya, Jawa Barat, Sumatera Selatan,Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara Selatan, dan Maluku.
Akan tetapi di sisi lain, sering terjadinya perang dingin antar
golongan disebabkan karena ashobiyah kelompok. Kegagalan mengarahkan dan
menangani secara bijak perbedaan-perbedaan pendapat dan kecenderungan
ideologi tersebut, telah menghadapkan masyumi pada problem-problem
serius yang menghantarkan masyumi pada kerapuhan. Pada 1947 PSII
mengundurkan diri dan kembali berdiri independen. Langkah PSII disusul
oleh NU pada tahun 1952, dan tinggal Muhammadiyah pada tahun 1960 karena dibubarkan oleh Presiden.
Pengunduran diri anggota-anggota tersebut sangat berdampak buruk.
Terutama pengunduran diri dari pihak NU. Hal ini dikarenakan NU
mempunyai masa terbanyak di Masyumi terutama di tiga provinsi; Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Post a Comment for "PARTAI MASYUMI DIBUBARKAN OLEH PRESIDEN SOEKARNO | DAN MENDAPAT JULUKAN SI KEPALA BATU "