Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Santri dan Penopang Ekonomi Nasional

Berbicara tentang santri, seolah konotasi yang melekat ialah pakaian sarung dan peci, bisa baca kitab kuning (buku berhasa Arab), pikiran yang jumud, hingga tak mau menerima hal-hal yang dianggap baru. Sehingga masyarakat menganggap, santri merupakan makhluk yang kolot.
Tapi tidak lah demikian, karena masyarakat tidak mengenal esensi santri secara komprehensif. Sehingga ketidaktahuan masyarakat, terbangunlah paradigma yang salah. Hal tersebutlah, yang membuat masyarakat memandang sebelah mata seorang santri. Untuk itu, marilah kita coba mengenal makna santri yang sesungguhnya.
Secara etimologis, kata santri jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB), merupakan orang yang mendalami agama Islam. Sedangkan Santri secara epistimologisdari pengalaman penulis selama nyantri di Pesantren, santri merupakan seseorang yang belajar di pesantren untuk memperdalam ilmu-ilmu agama,baik yang bersifat menetap ataupun kalong (tidak menetap), dengan cara klasikal (pengajaran sistem kelas) ataupun non-klasikal, dengan tujuan ilmu yang didapatkan akan diamalkan kelak ketika kembali ke masyarakat.
Makna santri itu sendiri, sebenarnya mengacu pada salah satu ayat Al-Quran, yaitu: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At-Taubah [9]: 122).
Dari ayat tersebut, dapatlah diketahui bahwa makna santri merupakan seseorang yang mampu memberikan peringatan kepada kaumnya (masyarakat sekitar). Ketika kaumnya itu telah melenceng dari garis-garis agama yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Sedangkan modal untuk menjadi pengingat ummat, dibutuhkan pengetahuan yang cukup mumpuni. Maka dari itu, seorang santri harus memiliki pengetahuan yang mumpuni ketika kelak akan berbaur dengan masyarakat.
Apalagi bila dikaitkan dengan kompleksitas perkembangan zaman, yang telah melahirkan berbagai macam persoalan hidup, tentu dibutuhkan keahlian tertentu untuk memecahkannya. Salah satu keahlian yang sangat dibutuhkan di era moderen ini bagi seorang santri ialah pengetahuan ilmu ekonomi, yang dipadukan dengan Ilmu Islam.
Cabang ilmu ini lebih dikenal dengan Ekonomi Islam ataupun Ekonomi Syariah. Nah, di sinilah peran santri sangatlah dibutuhkan. Karena bidang ekonomi, merupakan bidang yang secara langsung akan berdampak, baik dari sisi mikro ataupun makro ekonomi Indonesia.
Kontribusi Ekonomi Seorang Santri
Bukan saatnya lagi seorang santri dimarjinalkan, ataupun dianggap kolot pemikirannya. Karena banyak kontribusi yang telah diberikan seorang santri untuk bangsa Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Beberapa kontribusi yang sangat nyata, salah satu contohnya adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri.
Di mana koperasi syariah ini, memiliki aset yang cukup besar. Besarnya aset tersebut, telah mampu menggerakkan sektor rill, terutama pelaku usaha yang unbankable (tidak memenuhi persyaratan perbankan untuk menerima pembiayaan). Adapun npengelolahnya hampir 100% adalah santrinya, ataupun alumninya.
Sedangkan di sektor ril, banyak dari kalangan santri ketika pulang ke masyarakat membuka usaha sendiri. Hal tersebut tak lain, karena kemandirian yang telah ditanamkan selama berada di pesantren. Sehingga setelah kembali ke masyarakat, seorang santri tidak hanya mampu memberikan peringatan di bidang agama saja yang berkaitan dengan ibadah mahdoh (seperti sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya). Akan tetapi seorang santri juga mampu memberikan peringatan di bidang muamalah (seperti memperkuat kemandirian ekonomi, menjadi praktisi keuangan syariah, menjaga ketahanan pangan, dan lain sebagainya).
Belum lagi kontribusi santri di bidang keuangan di Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Walaupun tidak ada data yang pasti dari hasil riset, namun dari pengamatan penulis telah banyak dari kalangan santri yang telah berhasil berkontribusi di bidang keuangan syariah, salah satu contohnya adalah maestro ekonomi dan keuangan syariah, Dr. Syafie Antonio, M.Ec. Beliau merupakan jebolan pesantren yang secara khusus mendalami Ilmu Ekonomi Syariah. Selain itu, masih banyak lagi yang lainnya.
Dengan demikian, hendaknya masyarakat tidak lagi menganggap santri sebagai golongan masyarakat yang kolot, yang harus dimarjinalkan. Karena keberadaan santri telah terbukti, mampu menjadi penopang ekonomi nasional. Terutama di tingkat UMKM, yang merupakan inti penguat ekonomi sektor rill.

Post a Comment for "Santri dan Penopang Ekonomi Nasional"