Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Benarkah Pemira itu PENTING??!!



Pertanyaan sekaligus pernyataan, selalu terngiang dikalangan mahasiswa IAIN Salatiga setiap akhir tahun. Ya! Setiap akhir tahun atau lebih tepatnya bulan Desember pada setiap tahun Pemira selalu diadakan dalam rangka Re-Organisasi Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) pada tataran Institut sampai pada tataran Jurusan.

Penting atau tidaknya pemira didasarkan atas pemahaman mahasiswa terkait dengan adanya Pemira sendiri. Mengapa begitu? Pertama, Sebagian kalangan mahasiswa memahami pemira hanya sekedar agenda ceremonial guna memilih siapa nanti yang akan melanjutkan kepemimpinan roda organisasi mahasiswa baik di bidang Eksekutif maupun Legislatif.

Kedua, Sebagian ada yang memahami pemira adalah sebuah hajat salah satu golongan -ini merupakan kesalahan fatal bagi saya sendiri-. Saya menganggap bahwa mahasiswa yang berpandangan begitu adalah karena kurang terbentuknya nalar kritis mahasiswa atau mungkin karena aspirasi-aspirasi mereka kurang bisa diakomodir oleh mereka yang memenangkan pemira atau bahkan sikap tersebut menggambarkan adanya rasa tidak terima mereka dengan kekalahan pada kontestasi pemira, karena sejak pertama saya masuk ke dunia kampus sampai pada pemira tahun 2018 ini pemira selalu dimenangkan oleh mereka yang mempunyai strategi politik matang dan itu hanya dari satu partai.

Ketiga, Pemahaman mahasiswa yang terakhir yakni pemira adalah agenda yang sangat penting, karena pemira adalah sebagaimana pemilu di Indonesia, salah satu bentuk sistem demokrasi yang telah disepakati oleh para founding Father kita terdahulu. Begitupun dengan pemira, merupakan salah satu bentuk penerapan sistem demokrasi di kampus, siapapun itu selama masih tercatat sebagai mahasiswa aktif IAIN Salatiga mempunyai hak yang sama dalam penyelenggaraan pemira.

Apabila analisis diatas dapat diterima, maka tinggal kita sebagai mahasiswa memilih dalam posisi mana, menganggap pemira hanya agenda ceremonial kah? Menganggap pemira hanya kepentingan sebagian golongan atau memilih menganggap pemira sebagai pembelajaran demokrasi dilingkup kampus. Namun betapa hina derajat kita sebagai mahasiswa yang apatis apabila kita menganggap pemira hanya suatu agenda ceremonial. Bukankah sebagai mahasiswa kita dianggap sebagai agen perubahan yang di angan-angankan menjadi generasi bangsa yang cerdas, yang bisa membawa Indonesia merdeka secara subtansi.

Di tahun Kemarin, jumlah suara masuk dan sah berhasilkan data yang saya peroleh dari KPUM sekitar 2000-an suara dari jumlah sekitar 10.000-an Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hal ini dapat dikatakan sebagai penurunan sifat "peka" mahasiswa terhadap peristiwa-peristiwa disekitarnya. Bahkan ditahun kemarin saya mendapati sejumlah mahasiswa yang melakukan kampanye GOLPUT, tentu hal ini sangatlah menyalahi moral kita sebagai mahasiswa yang seharusnya membantu menciptakan sistem demokrasi yang integritas. Apabila ini dalam konteks demokrasi nasional maka dapat dikenakan hukuman pidana, tapi untungnya tindakan kampanye GOLPUT tersebut dilakukan didalam ruang lingkup kampus dan bukan termasuk sistem demokrasi nasional maka sejauh ini belum ada peraturan yang mengatur tentang larangan GOLPUT. Meskipun belum adanya peraturan larangan GOLPUT, saya berharap ditahun ini tidak ada lagi kampanye-kampanye yang bersifat negatif seperti halnya GOLPUT.

Di tahun 2018 ini ada 4 partai yang telah mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) yaitu Partai JAYA, Power Of People (POP), Partai Independent Mahasiswa (PIM), dan Partai Nahdlatut Thulab (PNT). 3 partai (JAYA, POP, dan PNT) pada tahun sebelumnya telah ikut kontestasi Pemira dan telah berhasil mewakilkan kader-kader mereka duduk pada kursi Eksekutif dan Legislatif. Namun partai PIM yang baru dideklarasikan Rabu, 5 Desember kemarin juga tidak ingin kalah dengan partai-partai yang notabene lebih tua. Membuktikan bahwa adanya peningkatan kesadaran mahasiswa dalam sistem demokrasi kampus.

Namun itu merupakan gerakan-gerakan dari mereka yang mengerti tentang Pemira dan memilih untuk berafiliasi dengan salah satu partai. Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak berafiliasi dengan salah satu partai dan memilih untuk berada pada zona baik aman maupun nyaman? Saran saya kepada para mahasiswa yang masih berada pada zona baik aman maupun nyaman, mari kita ikut serta memeriahkan agenda pemira ditahun ini. Mari pilih calon-calon sesuai dengan gagasan-gagasan yang mereka jadikan sebagai visi dan misi untuk mengembangkan IAIN Salatiga dan mengembangkan kualitas-kualitas pribadi mahasiswa. Jangan ada lagi GOLPUT dikalangan mahasiswa, ketika mahasiswa memilih untuk GOLPUT maka jangan salahkan mereka yang nantinya duduk di kusri legislatif dan eksekutif ketika aspirasi-aspirasi teman-teman tidak lagi diakomodir. 

So, mari kita meriahkan pemira tahun ini dengan menentukan pilihan sesuai dengan kehendak pribadi masing-masing, sesuai dengan kebutuhan kita hari ini. Hidup Mahasiswa!!! 

#Cah_Ndeso24

Post a Comment for "Benarkah Pemira itu PENTING??!!"