Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berpikir Sebelum Terjun Aksi




Jagad IAIN Salatiga dibingungkan dengan adanya poster yg bertebaran di whatsApp story pada tanggal 27 September 2019 terkait adanya aksi aliansi salatiga bergerak. Pada tulisan ini saya akan menyampaikan beberapa pendapat saya terkait hal itu.

Pertama, Apakah poster tersebut hasil dari konsolidasi ORMAWA IAIN Salatiga dan OKP Salatiga?
Jawabannya adalah BUKAN. Bersamaan dengan ramainya poster tersebut di WA Story, saya menanyakan hal terkait kepada Ketua SEMA dan Ketua DEMA. Jawaban dari kedua pimpinan tersebut mengatakan bahwa seruan aksi yg tercantum dalam poster tersebut bukan hasil dari konsolidasi yg mereka inisiasi. Mereka pun tidak tahu siapa atau organisasi apa yang menginisiasi aksi tersebut.

Kedua, Apa isi dari tuntutan aksi tersebut? 
Sampai saat ini saya belum mengetahui apa yang ingin diserukan dalam tuntutan aksi tersebut. Mengapa? Jelas! Karena dalam poster tersebut tidak dicantumkan tuntutan-tuntutan yang akan disampaikan.

Ketiga, Siapa atau Organisasi apa yang menginisiasi? 
Boleh dibilang aksi ini tidak terarah dan terkonsep dengan rapi dan matang, di berbagai grup WA tersebar ajakan-ajakan untuk turun aksi dengan mengatasnamakan mahasiswa independen. Dalam analisis saya, independen adalah tidak tertunggangi oleh siapapun. Ketika aksi ini mengatasnamakan mahasiswa independen, maka setidaknya ada komunitas atau kelompok yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan aksi ini, namun sampai saat ini belum ada yang tau siapa atau kelompok organisasi apa yang menginisiasi aksi.

Selanjutnya, saya ingin mengajak teman-teman pembaca untuk menganalisis diadakannya aksi tersebut. 

Dari pendapat saya diatas, jelas bahwa aksi tersebut tidak dipelopori oleh SEMA dan DEMA sekaligus bukan merupakan hasil dari konsolidasi yang mereka adakan. Tuntutan yang ingin diserukan tidak disebarkan. Juga siapa atau organisasi apa yang menginisiasi. 

Maka teman-teman pembaca dapat berfikir sebelum menggerakkan diri untuk ikut andil dalam aksi tersebut. Apakah teman-teman pembaca rela hanya dijadikan sebagai alat penghalus jalan tanpa tau jalan tersebut akan digunakan untuk apa? Kalau saya tentu tidak mau. Alasannya jelas, sebagai mahasiswa kita harus berpikir dan menganalisis secara mendalam dengan apa yang ingin kita lakukan. Setidaknya teman-teman melihat isu yang beredar dengan sudut pandang objektif, tidak dalam sudut pandang subjektifitas semata.

Sudahkah teman-teman menganalisis secara mendalam terkait UU atau RUU yang kontroversial dari sudut pandang hukum? , mengingat berbicara soal UU/RUU merupakan bagian dari hukum. Bagaimana UU/RUU tersebut dilihat dari segi Legal Draft (pembuatannya) sudahkah memenuhi unsur Sosiologis, Yuridis, Filosofis, dan Teoritis? Bagaimana rasionalisasinya?

Selanjutnya, dalam analisis saya ketika saat ini mahasiswa melakukan gerakan turun jalan dan tidak mempunyai gagasan solusi yang ditawarkan maka apa bedanya mahasiswa dengan masyarakat awam yang tidak menikmati bangku perkuliahan? Mahasiswa harus berpikir ilmiah, mahasiswa harus mempunyai solusi terkait masalah-masalah yang beredar. Ketika mahasiswa saat ini hanya menyerukan masalah tanpa ada solusi konkret maka saya bisa katakan mahasiswa saat ini adalah generasi terbobrok sepanjang sejarah gerakan mahasiswa. Mahasiswa harus mempunyai langkah strategis dan taktis. 

So, mari kita renungi bersama. Dan bagi temen-temen yang ingin turun aksi, saya berpesan matangkan konsep aksi kalian, pastikan aksi kalian ada substansi yang ingin di perjuangkan atas nama rakyat bukan hanya eksistensi belaka. Pastikan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan bukan agen penambah pengangguran. Dan pastikan bahwa mahasiswa adalah bukan pembuat kerusuhan.

#CahNdeso

4 comments for "Berpikir Sebelum Terjun Aksi"

  1. Aku demo dengan doa ,langsung ke Allah nya , biar Allah yg membolak balikan hati para petinggi yang bertahta

    ReplyDelete
  2. Demonya suksea slur, mobilisasi massanya sangat baik , meaki tanpa press lirris ataupun korrdinasi aksi yg jelas tetapi aksi krmarin terbilang sangat sukses , bahkan yg terbesar kuausnya di daerah Salatiga . Jadi sekarang pertanyaannya apakah benar organ ex sudah tidak menjadi rumah yg teduh lagi untuk para mahasiswa generasi Z ,, wkwkwwkw hanya mahasiswa yang tahu

    ReplyDelete