Rendahnya Pemahaman Kebangsaan Para Intelektual
Prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang sudah ada sejak zaman dahulu telah
banyak memberikan kontribusi dalam mempersatukan masyarakat Indonesia. Sehingga
masyarakat Indonesia mampu hidup berdampingan satu sama lain, perbedaan agama,
ras, budaya, warma kulit bukan menjadi suatu penghalang untuk menjalankan sila
ke-5 yaitu “keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sikap toleransi masyarakat
menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam
melestarikan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Meskipun Indonesia dikatakan sebagai negara dengan toleransi yang tinggi,
tapi akhir-akhir ini Indonesia seakan-akan diguncang oleh orang-orang yang
memiliki kepentingan tertentu untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Dalam
kasus ini, isu agama adalah salah satu hal yang paling sensitif sehingga mereka
mampu menggerakkan masa untuk mendukung tujuan suatu kelompok.
Persoalan ini sangatlah berbahaya, jika terus-menerus dibiarkan maka
mereka akan selalu memprofokasi orang-orang dan akan lebih banyak orang yang
akan larut dengan pola pemikiran radikal mereka. Kepentingan dari kelompok
islam radikal adalah merubah sebuah susunan/tatanan sistem demokrasi menjadi
sistem khilafah islamiyah, gerakan islam radikal ini tidak akan pernah menjadi
maju dan berkembang pesat jika sistem yang digunakan oleh Indonesia tetap
menggunakan demokrasi.
Bagaimana cara
mereka memperdaya ? sehingga banyak orang-orang yang larut dan masuk kedalam
gerakan tersebut.
Perlu diketahui “Kebohongan yang dilakukan secara terus menerus akan
dianggap nyata” inilah prinsip yang mereka gunakan dalam mempengaruhi pola
pikir masyarakat indonesia. Dengan memberikan kebohongan isu kemudian mereka
publikasikan maka akan banyak orang yang membaca isu bohong tersebut. Tidak
hanya itu, mereka juga memiliki tim cyber yang bergerak dalam dunia maya yang ditugasi
sebagai penyebar berita-berita hoax.
Kelompok islam radikal ini berusaha merebut simpati umat islam dengan
menggunakan embel-embel “memperjuangkan dan membela islam”. Jargon ini
seringkali memperdaya banyak orang, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi
sekalipun karena kebanyakan orang yang berpendidikan tinggi belum mampu untuk
berpikir tentang spiritualitas dan esensi ajaran islam. Mereka mudah
terpancing, terpesona dan tertarik dengan simbol-simbol keagamaan.
Begitupun mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change, tingkat
ke-apatisan mahasiswa kali ini begitu tinggi, sehingga banyak mahasiswa yang
termakan oleh isu-isu hoax, kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk mengkaji
lebih dalam permasalahan yang terjadi. sehingga mahasiswa yang dianggap sebagai
kaum intelektual justru termakan isu dari golongan islam radikal.
Ini bukan hanya kesalahan mahasiswa, banyak aktivis yang memberikan
statment bahwa ini kesalahan sistem pendidikan di Indonesia, karena sedikitnya
penanaman rasa kebangsaan terhadap mahasiswa. Bahkan di hari-hari besar banyak
kampus yang acuh-tak acuh, sehingga banyak mahasiswa enggan bahkan tidak mau
mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Jika mereka sebagai kaum intelektual
tidak mau mempelajari sejarah, bagaimana bisa mereka akan memahami makna yang
tersirat dalam setiap perjuangan para pahlawan.
Apalagi gerakan-gerakan islam radikal sudah banyak muncul dikalangan
mahasiswa, Seperti : Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI). Mereka adalah salah satu kaki-tangan dari ikhwanul
muslimin yang akan mempengaruhi pola pikir mahasiswa. Sehingga akan muncul
sarjana dengan pola pikir yang sudah mereka bentuk dan diharapkan akan merubah
pola pikir masyarakat ketika mereka kembali ke daerah asal.
Pemahaman islam radikal hanya sebatas tahu saja akan tetapi tidak
memiliki pemahaman islam secara esensinya, dengan pemahaman yang demikian
itulah maka mereka mudah untuk menuduh kelompok lain yang berbeda dari mereka
atau yang tidak mendukung agenda mereka, maka akan dituduh sebagai kafir atau
murtad. Yang lebih ekstrem lagi, mereka tidak hanya menuduh, akan tetapi sampai
mengeluarkan statment bahwa yang tidak sepaham dengan mereka halal untuk
dibunuh.
Golongan islam radikal hanya mengukur kebenaran pemahaman agama secara
ideologis dan politis,mereka mewarisi kebiasaan ekstrem Khawarij yang gemar
mengkafirkan dan memurtadkan siapa pun yang berbeda dari mereka, kebiasaan
buruk yang dipelihara oleh Wahabi dan kaki tangannya.
Post a Comment for "Rendahnya Pemahaman Kebangsaan Para Intelektual"