Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA ERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS




PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
 TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Disusun Guna Memenuh Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Anaka Berkebutuhan Khusus
Dosen: Dra. Lilik Sriyati. M.Si.



Disusun Oleh:
M. Maimun Zuhdi (111-14-126)


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Anak adalah sebuah anugrah terbesar nan suci dan luhur yang diberikan Tuhan kepada manusia. Anugrah tersebut tentunya bukan anugrah yang diberikan begitu saja. Tuhan menyerahkan anugrah mulia tersebut kepada umat manusia disertai dengan beban dan tanggung jawab untuk mendidik dan membesarkannya sehingga menjadi sebuah karakter yang kuat dan tangguh dimasa depan.
Kelahiran merupakan salah satu yang telah ditetapkan Tuhan terhadap mahluk ciptaan-Nya. Manusia sebagai mahluk tidak memiliki hak untuk menolak pemberian tuhan. Manusia tidak diberi hak untuk memilih, seperti halnya kelahiran anak yang merupakan penetapan mutlak dari tuhan, anak adalah sebuah amanah, dan seperti apapun bentuk amanah yang diberikanNya manusia harus menerima, meskipun keberatan dengan amanah yang tidak sesuai dengan harapan, maka sudah seharusnya manusia belajar sabar dan dengan ikhlas menerima kehendak-Nya, karena tuhan tidak pernah salah dalam menetapkan sebuah keputusan.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaiman peran dan tanggung jawab orang tua terhadap ABK?
2.      Bagaimana cara orang tua mendidik ABK?
C.  Tujuan Masalah
1.      Mengetahui peran dan tanggung jawab orang tua terhadap ABK
2.      Mengetahui cara orang tua mendidik ABK

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap ABK
Anak berkebutuhan khusus (special needs children), yaitu anak yang secara bermakna mengalami kelainan atau gangguan fisik (fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional) dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya adalah mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dalam dunia pendidikan, berkebutuhan khusus merupakan sebutan bagi anak yang memiliki kekurangan, yang tidak dialami oleh anak pada umumnya.[1] Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental, maupun karakterisitik perilaku sosialnya.[2]
Ketidaksempurnaan dari sang anak dapat berdampak negatif pada orang tua muncul rasa kecewa yang mendalam bercampur sedih, bingung, marah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak berdaya. Mimpi indah orang tua mendadak menjadi mimpi buruk yang selalu membayangi sepanjang hidup orang tua, bahkan cinta kasih dan sayang kepada sang anak berubah menjadi kebencian, muncul rasa malu, tidak percaya diri, berdosa, saling menyalahkan antara suami istri, muncul pertengkaran yang hebat, sampai seringkali terjadi perceraian, bahkan shock dan stres berat pun dapat terjadi. Sang anak yang tadinya menjadi harapan masa depan yang cemerlang dan investasi yang sangat berharga akhirnya menjadi korban. Anak diterlantarkan, dibiarkan, diabaikan, ditolak kehadirannya, tidak dibimbing, tidak didorong, tidak diberi semangat untuk mencapai perkembangan yang seharusnya secara optimal.
Orang tua dalam lingkungan keluarga memegang tanggung jawab dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya akan memberikan dampak bagi anak. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Gordon (1994) bahwa semua orang tua adalah pribadi-pribadi yang dari masa ke masa mempunyai dua perasaan yang berbeda terhadap anak-anak mereka yaitu menerima dan tidak menerima.
Sikap menerima atau menolak orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orangtua merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan dan penerimaan dari orangtua akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan keterampilan hidupnya.
Penerimaan orang tua ditandai dengan perhatian yang besar dan kasih sayang pada anak. Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak. Dengan demikian anak mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa peran dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut:
1.    Menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan.
2.    Mengakui hak-hak anak dan memenuhi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan.
3.    Mencintai anak tanpa syarat.
4.    Menerima keterbatasan anak.
5.    Tidak ada penolakan yang ditampakkan pada anak.
6.    Adanya komunikasi dan kehangatan antara orang tua dan anak.

Ketika orang tua sering melayani dan bersama dengan anak yang mengalami kebutuhan khusus, dalam hal ini orang tua akan merasakan bahwa apa yanag dilakukannya adalah sessuatu yang bisa menjadi potensi bakat dalam bidang terrentu. Dari situlah kemudian orang tua dapat melakukan sharing dengan guru di sekolah agar bisa memberikan pendididkan khusus sesuai dengan bakatnya, sehingga mampu di gali dan di kembangkan bakatnya lebih dalam lagi. Sehingga dapat kesimpulan bahwa orang tua haruslah lebih berperan aktif dalam mengembangkan pendididkan dan pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Karena orang tua adalah orang terdekat bagi anak-anaknya sehingga mereka bisa lebih tau dan memahami anaknya sendiri menggunkan ikatan batin atau perasaan yang mereka miliki.[3]
Dan diantaranya peran dan tanggung jawab orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus:
a)      Menjadi Teladan yang Baik
Anak adalah bagaimana ia memandang dan meniru orang tuanya. Ungkapan ini mungkin cocok untuk menunjukan betapa pentingnya peranan orang tua dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak-anaknya. Orang tua adalah role model, tokoh panutan, pertama bagi anak. Anak-anak selalu mengamati orang tua  mereka secara instingtif, dan mengikuti polanya yang diulang-ulang yang ditunjukan orang tuanya.
Karena sikap anak-anak yang suka meniru perilaku orang-orang di sekitarnya inilah, sebagai orang tua kita memiliki pengaruh yang kuat terhadap nilai-nilai yang dianut anak. Oleh karena itu, berhati-hati dalam berperilaku karena itulah yang akan mereka tiru.
b)      Menyediakan Tempat yang Aman bagi Anak
Sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anak aman dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan hidupnya, untuk itu orang tua perlu mengawasi apa yang sedang dilakukan anak, eksperimen apa yang akan direncanakannya. Sekali lagi kita sebagai orang tua harus bisa memunculkan rasa aman dan nyaman dalam kehidupan anak.
c)      Menyediakan Fasilitas dan Sarana untuk Kerja Kreatif Anak
Kerja kreatif anak akan optimal jika mendapatkan fasilitas dan sarana untuk mewujudkannya. Sebagai contoh, jika kita ingin anak kita memiliki bakat dalam bidang musik, maka keberadaan alat-alat musik dirumah adalah sesuatu yang sangat penting. Bagaimana bisa kita mengharapkan seorang anak menjadi pemusik yang andal jika kita sebagai orang tuanya tidak tergerak untuk membelikan mereka alat-alat musik? Akan lebih bagus lagi jika anak mendapat guru pembimbing yang baik, sehingga ia dapat menjalani masa pertumbuhannya dengan belajar dan berlatih menekuni hobi untuk meraih apa yang ia cita-cita kan dimasa depan. Otak genius yang terus-menerus di asah akan mampu menghadirkan pribadi-pribadi dengan kualitas dan potensi luar biasa.
d)      Memotivasi Anak Ketika Dia Mulai Putus Asa
Kadang-kadang anak mengalami frustasi dalam proses belajarnya, anak-anak dengan kecerdasan mengalami hal ini sesekali waktu. Sebagai orang tua yang baik, kita tidak boleh membiarkan berlarut-berlarut, beri motivasi kepada anak dan katakana bahwa proses pembelajaran itu lebih penting daripada kemnangan.
e)        Mengembangkan Aliran Gagasan
Cara lain untuk dapat lebih mengembangkan kreativitas dan keginiusannya adalah dengan menerapkan teknik aliran gagasan sebagaimana dicontohkan dibawah ini:
1)      Membuat sebuah buku catatan
Dorong anak untuk menyediakan sebuah buku catatan untuk setiap ide-ide kreatifnya, Suatu saat catatan ide-de tersebut mungkin berguna untuk menghasilkan berbagai inovasi baru. Lalu, mengapa ide-ide perlu dicatat seketika juga. Hal ini karena biasanya ide-ide itu muncul secara mendadak dan kemudian menghilang dalam benak, jika anak tidak mencatatnya, bias saja ide tersebut hilang begitu saja dan anak sulit untuk mengingatnya kembali.
2)      Menggunakan waktu-waktu tertentu untuk proses kreatif
      Cobalah sediakan waktu khusus untuk menemukan ide-ide baru. Misalnya pada sore hari selama 1 sampai 1,5 jam untuk menemukan ide-ide kreatif pada hari libur sebagai waktu luang untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.
3)      Yakinkan diri anak bahwa setiap orang bias menjadi unggul dan keratif dan kreatif
      Orang tua perlu meyaknikan anaknya bahwa setiap anak mempunyai potensi kreatif termasuk dirinya.
B.  Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan dalam Mengasuh Anak
Impian semua orang tua pasti berharap anak-anaknya bisa menjadi seorang yang sukses disegala bidang, berprestasi mulai dari mereka sekolah dasar sampai mereka benar-benar menjadi orang yang berguna untuk bangsa dan negaranya, namun semua itu bukan hanya impian semata tanpa ada dukungan nyata dari orang tua yang sadar akan bekal pendidikan untuk masa depan anak-anaknya.
Ingat pada dasarnya anak-anak akan mengikuti pergaulan dari lingkungannya, lingkungan rumahnya, tempat mereka sekolah, tempat mereka bermain dan bergaul begitu juga seterusnya, dimana  perkembangan dari usianya sampai mereka beranjak dewasa menjadikan karakteristik si anak, “ibarat kertas putih yang digoreskan tinta”, karenanya penting sekali peran orang tua untuk mewujudkan impian dan cita-cita yang mereka harapkan dan berikut tips sukses mendidik anak berkebutuhan khusus:
1.      Disiplin
Budayakan disiplin. Ada yang meyakini dengan disiplin dan usaha keras kesuksesan akan hadir dengan pengembangan diri dan menerapkan kebiasaan belajar yang efektif serta bersungguh-sungguh dalam proses belajar mengajar dilingkungan rumah maupun dilingkungan dimana mereka sekolah dan bermain.
2.      Selalu ada pekerjaan positif untuk pengembangan diri pada anak berkebutuhan khusus
Anak yang berkebutuhan khusus mereka tidak dapat mengatur waktu yang terorganisir, hal itu mungkin menyebabkan masalah pada anak dengan menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain tanpa menyelesaikan pekerjaan rumahnya, sebagai orang tua anda dapat membantu mengatasi hal itu, dengan membantu mereka membagi waktu dan anda dapat mengajarkan keterampilan kepada mereka untuk seumur hidup.
3.      Mengatur pekerjaan rumah (PR)
Anak-anak berkebutuhan khusus perlu memprediksikan pekerjaan rumah mereka dengan rutin, mengatur tempat khusus dimana anak-anak melakukan pekerjaan rumah setiap harinya. Pastikan mereka jauh dari hal-hal yang mereka sukai seperti halnya pada hewan peliharaan, gadget dan ganguan berisik lainnya seperti suara TV dan lain sebagainya dan pastikan meja belajar mereka dipenuhi pinsil, kertas dan perlengkapan lain yang mereka butuhkan.
4.      Lingkari kalender untuk jadwal kegiatan rutin
Terkadang orang tua lupa dengan jadwal rutin mereka karena kesibukan lain, namun dengan melingkari kalender pada dinding atau membuat papan tulis besar yang berisikan kegiatan anak kemudian menempatkannya ditempat yang mereka sukai agar mereka dapat melihat berkali-kali setiap harinya atau ditempatkan didepan meja belajarnya dengan menggunakan spidol warna berikut kode atau catatan untuk menunjukan tugas-tugas mereka yang akan datang serta memberikan jadwal kegiatan mereka pada saat liburan sekolah.
5.      Bekerjasama dengan guru
Bekerjasama dengan guru atau kepala sekolah adalah ide yang baik terhadap orang tua terutama pada anak didiknya untuk membuat sederet perencanaan kegiatan untuk anak anda yang akan mendatang. Meminta jadwal tugas baik diatas kertas maupun online, menggunakan periode bebas untuk pekerjaan rumahnya dengan memberikan penjelasan selangkah demi selangkan dan petunjuk cara penggunaan setiap materi yang diberikan serta mengulangi apa-apa yang sudah dipelajarinya. Tetap berkomunikas melalui email atau via telpon untuk mengetahui bahwa anda memiliki dukungan dari guru yang akan banyak membantu.
6.      Jadwal tetap
Memiliki jadwal yang tetap adalah kunci untuk anak-anak dengan berkebutuhan khusus, karena mereka membutuhkan waktu yang ditetapkan untuk melakukan pekerjaan rumahnya seperti halnya jadwal makan malam dan pada saat waktu untuk pergi tidur. hal ini terkadang anak-anak absen akan jadwal yang sudah ditetapkan, namun dengan menempelkan jadwal tetap dan melakukannya secara perlahan tentu dapat mengurangi anak untuk memohon, mengomel bahkan konflik.
7.      Gunakan metode hadiah atau imbalan
Jika pekerjaan adalah perjuangan, menawarkan hadiah untuk mereka menyelesaikan tugas-tugasnya, hadiah tidak mesti harus yang besar, misal dengan menawarkan membacakan cerita dongeng atau memberi stiker cartoon,  dengan hal imbalan atau hadiah semata untuk menyegerakan anak-anak membereskan setiap pekerjaan rumah dalam tasnya.
8.      Memperkecil tugas yang besar
Ketika anak-anak anda mulai mendapatkan tugas yang lebih besar seperti buku laporan atau makalah yang menjadi penyesuaian besar. Memecahnya dengan memberikan serangkaian tugas yang lebih kecil.
9.      Gunakan alarm atau pengingat waktu
Anak-anak dengan kebutuhan khusus sering lupa waktu, namun dengan menggunakan alarm atau timer pada jam tangan atau telepon untuk menandakan waktu. Apakah anak-anak menetapkan jumlah waktu tertentu dengan sebagian tugas pekerjaan rumah? Alarm ini juga dapat membantu anak untuk kembali pada jalur dengan tugas-tugas mereka ketika mereka sibuk bermain.


10.  Upayakan pujian atau kegembiraan
Anak-anak dengan berkebutuhan khusus atau tidak, mereka bisa saja berkembang pada pujian atau kegembiraan, karena hal ini dapat mendorong dan memotivasi untuk setiap keberhasilan mereka, pujilah dan berikan kegembiraan anak anda atas usahanya untuk perbaikan, rasanya tentu akan membaik bagi orang tua dan anak, karena kemenangan kecil dapat menyebabkan kemenangan yang besar.[4]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap orang tua pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Namun, tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maipun psikis, yang telah dialami sejak awal masa perkembangan.
Sikap menerima atau menolak orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orangtua merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan dan penerimaan dari orangtua akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan keterampilan hidupnya.
Pemerintah membuka Pendidikan inklusif yang terintegrasi dengan pendidikan reguler. Peran sekolah inklusif sangat besar bagi anak-anak normal maupun anak berkebutuhan khusus. Hubungan mereka bisa lebih sehat tanpa ada bentuk pengucilan. Dengan bersatunya anak yang normal dan anak berkebutuhan khusus, diharapkan bukan hanya hak belajar saja yang terpenuhi melainkan para siswa dapat belajar saling menghargai dan memahami satu sama lain.

Daftar Pustaka

Effendi, Mohammad. Pengantar Pedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.

Hadis, Abdul. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta. 2006.


Yulianto, Dion. Panduan Mendidik Anak dengan Kecerdasan di Atas Rata-Rata. Jogjakarta: Javalitera. 2012.


                [1]Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik, (Bandung: Alfabeta, 2006),  hlm. l4.
                [2]Mohammad Effendi, Pengantar Pedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 2.
[3]Dion Yulianto, Panduan Mendidik Anak dengan Kecerdasan di Atas Rata-Rata, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), hlm. 10-12
 

Post a Comment for "PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA ERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS"