Traveling ke Puncak Sampah
“Demam traveling benar-benar merasuki jiwa banyak orang
beberapa tahun terakhir ini. Perbaikan infrastruktur dan mudahnya
informasi membuat banyak orang mulai membuka mata untuk turun ke jalan,
menenteng tas dan pergi jauh dari rumahnya menikmati alam dan suasana
berbeda”. Kurang lebih sebulan yang lalu statement ini pernah terlihat
di laman pencarian google.
Tidak mengherankan memang hampir semua orang terjangkit demam traveling, mulai dari usia muda hingga tua. Sekarang traveling lebih mudah dijangkau dengan perkembangan informasi dari media internet sebagai referensi dan pengetahuan ketempat tujuan dan juga sarana transportasi yang sudah sangat memungkinkan serta lebih mudah menjangkau tempat tujuan.
Traveling tentu ditujukan ketempat-tempat yang indah mulai dari panorama pantai nan indah, goa yang eksotis dan gunung yang gagah perkasa tak luput menjadi tujuan. Bagi penggiat traveling, kegiatan ini untuk keluar dari kebiasaan untuk melepaskan penat dari kesibukan dan kebisingan kota.
Tentu tak asing lagi melihat postingan kertas yang bertulis khusus untuk orang lain di media sosial yang nadanya berupa ajakan untuk bertujuan ke tempat yang sedang ia kunjungi, semisal “Halo Umi, dapat salam dari ketinggian 3159 Mdpl, kapan kamu kesini @Mt.Dempo,” kurang lebih begitulah pesan ajakan sekaligus promosi untuk pergi traveling juga ke tempat itu. Selain tulisan, ada juga fenomena baju adventure atau trip yang menjadi trend, seakan setiap individu kecanduan harus mempunyai baju bertulisan adventure. tidak sampai disitu saja, pemilik baju kalau sudah punya rasanya kurang pas kalau tidak dipakai traveling juga.
Dalam tulisan ini bukan untuk menampilkan dan tujuan traveling yang indah dan eksotis namun sedikit mencoba untuk memberikan sedikit rambu-rambu bagi setiap orang yang akan melakukan traveling terutama ketempat-tempat yang perlu dijaga keasrian dan kelestariannya.
Rambu-rambu itu tentu tak muluk, hanya mengingatkan bagi penggiat traveling, barangkali cocok kalau diawali kata “Jangan”, intinya jangan rusak dan kotori keindahan alam Indonesia. Yaa kalimat rambu itu hadirnya bukan tidak ada landasan, berapa banyak para penggiat traveling yang hadir di pantai, goa, atau gunung dan berapa banyak pula tangan-tangan jahil yang meninggalkan sampah di sana?
Kalau di pantai atau tempat yang sudah dikelola oleh pihak baik pemerintah maupun swasta. sampah yang ditinggal mungkin ada petugas kebersihan yang akan membersihkannya tapi lain hal dengan tempat yang belum dikelola seperti di gunung atau goa.
Di gunung misalnya, Tidak sedikit dari penggiat traveling yang lupa membawa turun kembali sampah yang mereka bawa, ini siapa yang mau membersihkannya? menunggu menumpuk dan dimakan oleh makhluk pengurai? hal itu tentu membutuhkan waktu yang lama mungkin hingga sampai jutaan tahun tetap belum mengurai, malahan semakin menumpuk dan berakibat menambah puncak baru di atas gunung, dengan nama puncak sampah sebagai puncak bayangan. Tepat kalau ada tulisan di media sosial seperti ini “Kalau kamu pernah traveling ke tampat indah jangan di share, nanti di rusak anak alay”.
Walaupun gunung atau tempat traveling lainnya tidak setiap hari di kunjungi tapi tetap toh jangan di kotori dengan tangan-tangan malas kita. Disana juga tinggal makhluk ciptaan Tuhan selain manusia, meskipun memang sesekali ada bakti sosial dari para pecinta lingkungan hidup yang membersihkan dan membawa tumpukan sampah turun, tapi itu tidak setiap saat mereka lakukan. Jadi hal yang paling perlu dilakukan adalah setiap orang yang cinta traveling harus juga bisa mencintai tempat traveling, jangan hanya menjadi penikmat keindahan saja, tapi harus menjadi penjaga keindahannya juga. Kalau sudah sadar dengan nikmat keindahan alam yang dikunjungi, yaa jangan di rusak.
Tidak mengherankan memang hampir semua orang terjangkit demam traveling, mulai dari usia muda hingga tua. Sekarang traveling lebih mudah dijangkau dengan perkembangan informasi dari media internet sebagai referensi dan pengetahuan ketempat tujuan dan juga sarana transportasi yang sudah sangat memungkinkan serta lebih mudah menjangkau tempat tujuan.
Traveling tentu ditujukan ketempat-tempat yang indah mulai dari panorama pantai nan indah, goa yang eksotis dan gunung yang gagah perkasa tak luput menjadi tujuan. Bagi penggiat traveling, kegiatan ini untuk keluar dari kebiasaan untuk melepaskan penat dari kesibukan dan kebisingan kota.
Tentu tak asing lagi melihat postingan kertas yang bertulis khusus untuk orang lain di media sosial yang nadanya berupa ajakan untuk bertujuan ke tempat yang sedang ia kunjungi, semisal “Halo Umi, dapat salam dari ketinggian 3159 Mdpl, kapan kamu kesini @Mt.Dempo,” kurang lebih begitulah pesan ajakan sekaligus promosi untuk pergi traveling juga ke tempat itu. Selain tulisan, ada juga fenomena baju adventure atau trip yang menjadi trend, seakan setiap individu kecanduan harus mempunyai baju bertulisan adventure. tidak sampai disitu saja, pemilik baju kalau sudah punya rasanya kurang pas kalau tidak dipakai traveling juga.
Dalam tulisan ini bukan untuk menampilkan dan tujuan traveling yang indah dan eksotis namun sedikit mencoba untuk memberikan sedikit rambu-rambu bagi setiap orang yang akan melakukan traveling terutama ketempat-tempat yang perlu dijaga keasrian dan kelestariannya.
Rambu-rambu itu tentu tak muluk, hanya mengingatkan bagi penggiat traveling, barangkali cocok kalau diawali kata “Jangan”, intinya jangan rusak dan kotori keindahan alam Indonesia. Yaa kalimat rambu itu hadirnya bukan tidak ada landasan, berapa banyak para penggiat traveling yang hadir di pantai, goa, atau gunung dan berapa banyak pula tangan-tangan jahil yang meninggalkan sampah di sana?
Kalau di pantai atau tempat yang sudah dikelola oleh pihak baik pemerintah maupun swasta. sampah yang ditinggal mungkin ada petugas kebersihan yang akan membersihkannya tapi lain hal dengan tempat yang belum dikelola seperti di gunung atau goa.
Di gunung misalnya, Tidak sedikit dari penggiat traveling yang lupa membawa turun kembali sampah yang mereka bawa, ini siapa yang mau membersihkannya? menunggu menumpuk dan dimakan oleh makhluk pengurai? hal itu tentu membutuhkan waktu yang lama mungkin hingga sampai jutaan tahun tetap belum mengurai, malahan semakin menumpuk dan berakibat menambah puncak baru di atas gunung, dengan nama puncak sampah sebagai puncak bayangan. Tepat kalau ada tulisan di media sosial seperti ini “Kalau kamu pernah traveling ke tampat indah jangan di share, nanti di rusak anak alay”.
Walaupun gunung atau tempat traveling lainnya tidak setiap hari di kunjungi tapi tetap toh jangan di kotori dengan tangan-tangan malas kita. Disana juga tinggal makhluk ciptaan Tuhan selain manusia, meskipun memang sesekali ada bakti sosial dari para pecinta lingkungan hidup yang membersihkan dan membawa tumpukan sampah turun, tapi itu tidak setiap saat mereka lakukan. Jadi hal yang paling perlu dilakukan adalah setiap orang yang cinta traveling harus juga bisa mencintai tempat traveling, jangan hanya menjadi penikmat keindahan saja, tapi harus menjadi penjaga keindahannya juga. Kalau sudah sadar dengan nikmat keindahan alam yang dikunjungi, yaa jangan di rusak.