Kisah Kambing Kiai Idris Kamali yang Keramat
Oleh: Fathurrahman Karyadi*
Alkisah, seorang warga tak dikenal telah
mencuri seekor kambing. Kambingnya gemuk dan ia bernafsu mencurinya.
Setelah berhasil mencuri, kambing tersebut dimasak. Namun anehnya,
setelah direbus berjam-jam, daging kambing tersebut tak kunjung matang.
Warna merah dan darah di daging masih terlihat jelas. Bahkan sampai air
dalam panci hampir habis tetap tidak matang.
Akhirnya ia mencari tahu apa sebabnya.
Kemudian ada orang yang bercerita bahwa kambing itu milik Kiai Idris
Kamali. Sontak, si pencuri gelagapan, lalu ia sowan ke beliau di Tebuireng dan meminta maaf.
Tak jarang pula, kambing-kambing Kiai
Idris membuat sebuah gerombolan lalu jalan-jalan. Bukan hanya keluar
desa tapi lintas kota. Para alumni pondok kerap menjumpai kambing Kiai
Idris di Pare dan Kediri. Setelah ditelusuri, ternyata kawanan biri-biri
itu naik kereta yang terkadang memang berhenti di depan pondok. Kalau
sudah sampai luar kota, para alumni biasanya mengembakikan kambing itu
kepada Kiai Idris.
“Kiai, kambingnya main-main sampai luar kota ini,” seloroh seseorang yang mengantarkan.
“Biarin saja, mungkin kambing-kambing saya itu sedang mencari pasangannya untuk dikawin,” jawab Kiai Idris santai.
Tak hanya itu, jamak didengar pula kisah
tentang kekeramatan kambing Kiai Idris Kamali lainnya. Di antaranya,
dialami oleh para penjual sayur-mayur di Pasar Cukir. Suatu ketika,
seperti biasa kambing besar-besar itu dilepas begitu saja dan main ke
pasar. Sesampainya di pasar, kambing-kambing itu memakan sayuran yang
dijual dengan semaunya sendiri.
Seorang pedagang tidak terima, ia marah
dan mencaci maki kambing tersebut. Sedangkan ada pedangan lain yang
membiarkan sayur-mayurnya dimakan kambing Kiai Idris. Ajaibnya, pedagang
yang tak terima itu seharian penuh dagangannya tidak laku terjual. Utuh
seperti yang ia bawa dari sawah.
Sedangkan pedangan satunya yang memberi
makan kambing Kiai Idrsi dengan sayur-mayur yang didagangnya mengalami
keuntungan berlipat ganda. Dagangannya banyak dibeli orang dan habis.
Setelah kejadian ini, para penjual di Pasar Cukir senantiasa
mempersilakan kambing-kambing Kiai Idris makan dagangannya karena
dipercaya membawa berkah.
Untuk merawat kambing-kambingnya,
beberapa santri diamanati membeli makanan khusus dan disimpan di tempat
khusus pula. Menjelang sore, santri-santri junior sangat senang jika
memandikan kambing-kambing tersebut di kali depan pondok. Melihat banyak
santri yang memandikan, Kiai Idris senantiasa menyediakan kue dan
jajanan bagi mereka. Beliau juga menyiapkan rokok (terbuat dari daun
kawung) bagi yang sudah berumur sebagai imbalan terima kasih beliau.
KH Mustofa Mukhtar Brebes adalah salah
satu santri yang ditugaskan merawat kambing Kiai Idris Kamali. Beliau
bercerita bahwa suatu ketika setelah dhuhur, kambing betina milik Kiai
Idris beranak. Bukan hanya satu ekor, namun anaknya tiga ekor sekaligus.
Dengan senang, ia lapor ke Kiai Idris.
“Kiai, kambingnya lahiran tiga ekor!”
“Kok cuma tiga, empat gitu!” timpal Kiai Idris spontan.
Si santri heran, lahiran tiga sekaligus saja sudah ajaib, eh Kiai
Idris malah minta empat ekor. Dan subhanallah, selepas Salat Ashar,
kambing tersebut melahirkan lagi satu ekor. Jadi jumlahnya empat, persis
apa yang dikehendaki gurunya itu.
Meski banyak memelihara kambing, Kiai
Idris tidak pernah pelit kepada santrinya. Jika ada kitab yang khatam
dikaji, beliau memerintahkan untuk menyembelih kambingnya. Atau jika ada
kambing beliau yang tertabrak di jalan raya dan hampir mati maka dengan
segera beliau memerintahkan untuk menyembelihnya. Dagingnya disantap
bersama-sama para santri. Jika sudah begini, para santri sangat senang,
mereka menyebutnya dengan istilah ‘mayoran’.
Dalam sejarahnya, Kiai Idris Kamali
lahir di Makkah pada 1887 dan wafat di Kempek Cirebon pada 1987. Ayahnya
Kiai Kamali adalah putra Kiai Abdul Jalil Kedongdong Cirebon. Beliau
hanya memiliki seorang putra dari pernikahannya dengan Nyai Azzah
Hasyim, Gus Abdul Haq.
Dari dedikasi keilmuan dan keikhlasan
spiritual inilah banyak murid-murid Menantu Hadratus Syaikh KH M Hasyim
Asy’ari ini yang menjadi ulama besar dan para tokoh nasional. Di antara
tokoh yang pernah ngaji sorogan ke beliau adalah Prof Dr KH
Thalhah Hasan, (alm) Prof Dr KH Ali Mustofa Yaqub, KH Ma’ruf Amin, Prof
Dr KH Said Aqil Siradj, Prof Dr Djamaluddin Miri, KH Abdul Hayyie M
Naim, dan sebagainya.
Pada 2010, KH Salahuddin Wahid (Gus
Sholah) memberi amanah kepada penulis untuk menyusun biografi Kiai Idris
Kamali dengan menemui murid-murid beliau (buku tersebut diterbitkan
Pustaka Tebuireng dengan judul “Tokoh Besar di Balik Layar”).
Rata-rata para murid Kiai Idris menuturkan hal yang sama, tentang
kealiman Kiai Idris dan “kekeramatan” kambingnya itu. Jika kambingnya
saja memiliki keramat, lalu bagaimana dengan pemiliknya? Wallahu a’lam.
*Alumnus Ma’had Aly Hasyim
Asy’ari Tebuireng, penulis novel Misteri Gadis Kaligrafi dan salah satu
penulis buku Kisah dari Bilik Pesantren.
*Artikel ini pernah dimuat di www.islami.co tanggal 2 Maret 2017, dimuat ulang untuk kepentingan pendidikan.