Kisah “Nenek Budi” Minta Dibayar Dengan Naik Haji
Siti Rahmani Rauf (97) menciptakan metode baca “Ini Budi” karena
menyanggupi permintaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (saat itu
Depdikbud) untuk membuat buku belajar membaca. Siti saat itu menolak
diberi royalti buku dan lebih memilih dihargai dengan diberangkatkan
haji.
“Setelah dicetak, penerbit tanya mau berapa ini dibayar. Ibu
saya tidak mau dibayar dengan uang, ibu saya hanya ingin berangkat haji
saja,” tutur putri Siti Rahmani Rauf, Karmeni Rauf di kediamannya di
Tanah Abang, Jakpus seperti dilansi detik.com.
Siti tak
menginginkan uang sepeser pun atas jerih payahnya dalam membuat buku
membaca “Ini Budi”. Kecintaan dirinya terhadap dunia pendidikan serta
kebutuhan spiritualnya menjadi alasan Siti tak ingin dibayar uang dan
lebih ingin diberangkatkan haji.
“Jadi ibu saya tidak terima uang sama sekali. Ibu saya akhirnya pada tahun 1986 sendiri berangkat haji,” kata Eni.
“Kami juga bukan orang bisnis, mami juga nggak minta royalti. Waktu itu mami berangkat haji senilai Rp 5 juta.” imbuhnya.
Buku
metode baca “Ini Budi” dipakai dalam kurikulum SD di Indonesia selama
10 tahun, yakni sejak tahun 1986 hingga 1996. Setelah itu, Eni mengaku
tak memantau lebih lanjut bagaimana kelanjutan nasib buku “Ini Budi”.
“Kami
nggak ada hubungan lagi setelah itu sama perusahaan dan dinas
(Kementerian). Itulah maju mundurnya kami nggak tahu. Berhenti ya
berhenti,” tuturnya.
Sebenarnya Eni bersama sang bunda
berkeinginan agar buku “Ini Budi” dipakai kembali untuk anak sekolah
dasar. Dikatakan Eni, bukan karena buku itu hasil karya bundaya, lebih
dari itu buku “Ini Budi” dinilainya cocok sepanjang zaman.
“Itu
sih kalau kami tahu caranya, kami ingin “Ini Budi” dipakai lagi. Sayang
lho, saya saksinya kalau buku ini benar-benar membantu. Anak kelas 1 SD
sekarang belum-belum diajarkan IPTEK lah dan yang berat-berat. Menurut
saya dan mami anak kelas 1 itu yang penting bisa baca dulu,” ucapnya.
Siti
Rahmani tak bisa bercerita banyak soal buku tersebut. Dia saat ini
dalam kondisi lemas setelah sempat terjatuh. Aktivitasnya setiap hari
lebih banyak di tempat tidur. Namun semangatnya membaca tak pernah
sirna. Siti masih kerap membaca novel-novel Belanda. (sumber:
detik.com/gambar: bangsaonline.com)